Renungan Harian View RSS

RenunganHarianOnline.com adalah Renungan Harian Kristen untuk waktu Saat Teduh
Hide details



Tidur (10) 19 Mar 6:00 AM (26 days ago)

 (sambungan)


Menghadapi masalah hanya memandang pada masalah, itu bahaya. Menghadapi masalah tanpa iman, itu pun bahaya.

Iman seperti yang dimiliki Daud bisa membuat kita sadar bahwa Tuhan akan selalu lebih besar dari masalah, dan Tuhan peduli pada setiap kesulitan yang tengah kita hadapi.

Ketika banyak tekanan membuat kita sulit tidur, ketika kita dihadapkan kepada situasi-situasi sulit yang seolah tidak punya penyelesaian atau jawaban, serahkanlah semua kepada Tuhan. Ada ribuan janji Tuhan yang tertulis jelas di dalam Alkitab yang seharusnya lebih dari cukup untuk membuat kita bisa tenang.

Masalah ketenangan, ketentraman atau kedamaian ternyata bukan terletak pada ada tidaknya masalah, atau jumlah harta, empuk tidaknya kasur dan hal-hal duniawi lainnya, tetapi justru terletak pada sebesar apa iman kita sebenarnya akan Allah.

Apabila ada di antara teman-teman yang tengah mengalami banyak masalah atau beban pikiran hari ini dan karenanya menjadi sulit tidur, serahkanlah segalanya ke dalam tangan Tuhan. Di dalam Tuhan ada kelegaan, di dalam Tuhan ada jawaban, di dalam Tuhan ada pertolongan, dan tentu saja di dalam Tuhan ada keselamatan.

Malam ini mari kita lepaskan semua beban pikiran yang ada. Datanglah kepadaNya dan rasakan kelembutan jamahan Tuhan yang mampu memberikan kelegaan sehingga anda akan bisa beristirahat dengan tenang. Alami tidur yang nyenyak dengan penyertaan Tuhan sepenuhnya atas diri anda. Sleep well, goodnight, sweet dream.

Sebab Tuhan menopang anda, tenangkan hati dan tidurlah dengan nyenyak


Add post to Blinklist Add post to Blogmarks Add post to del.icio.us Digg this! Add post to My Web 2.0 Add post to Newsvine Add post to Reddit Add post to Simpy Who's linking to this post?

Tidur (9) 18 Mar 6:00 AM (27 days ago)

 (sambungan)


Dalam kitab Yesaya ada ayat yang menegaskan penjagaan Tuhan. "Yang hatinya teguh Kaujagai dengan damai sejahtera, sebab kepada-Mulah ia percaya." (Yesaya 26:3). Hati yang teguh dan percaya sepenuhnya kepada Tuhan akan Dia jaga dengan damai sejahtera yang melimpah.

Kalau kita menyadari bahwa Tuhan yang menjanjikan ini memiliki kuasa jauh diatas apapun, itu seharusnya bisa membuat kita tetap tenang dalam menghadapi kesulitan apapun.

Mana yang lebih besar: Tuhan atau masalah yang sedang dihadapi? Terkadang kita perlu mengingatkan diri kita akan hal ini. Sesungguhnya kedamaian hati bukan terletak pada ada tidaknya masalah melainkan kemana kita arahkan pandangan kita. Kalau kita merasa masalah lebih besar dari Tuhan, tidak heran jika kita terus gelisah, resah dan takut sehingga tidak bisa beristirahat dengan cukup. Padahal, kita jelas butuh tenaga, energi dan pikiran yang sehat untuk bisa menyelesaikan masalah satu demi satu.

Tidak ada solusi baik yang bisa kita pikirkan dengan keadaan otak dan mental yang lelah.

Benar, masalah yang dihadapi itu ril, sementara pertolongan atau campur tangan Tuhan untuk kita bisa mengatasinya terkadang tak kunjung datang. Tapi disanalah kita butuh faith, atau iman. Iman yang digerakkan oleh kasih, iman yang kata Yesus bahkan sebesar biji sesawi saja sudah bisa mendatangkan perkara besar.

(bersambung)

Add post to Blinklist Add post to Blogmarks Add post to del.icio.us Digg this! Add post to My Web 2.0 Add post to Newsvine Add post to Reddit Add post to Simpy Who's linking to this post?

Tidur (8) 17 Mar 6:00 AM (28 days ago)

 (sambungan)


Imannya akan Allah membuatnya yakin bahwa Allah akan selalu melindunginya, dan karena itu ia tetap bisa tidur meski situasinya sedang sangat berat.

Di bagian lain, dalam Mazmur 4:1-8 kita menemukan seuntai doa yang indah dari Daud di malam hari. Bagian ini menunjukkan dengan jelas bagaimana yakinnya Daud akan penyertaan Tuhan dan pertolongannya. Disana kita bisa melihat bagaimana Daud menyadari betul bahwa Tuhan penuh kasih setia dalam menyertai kita, bahwa Tuhan punya kuasa yang lebih besar dari apapun yang ada di kolong langit ini. Dengan menyadari itu Daud tahu betul bahwa ia tidak perlu takut. Ia berkata:

"Dengan tenteram aku mau membaringkan diri, lalu segera tidur, sebab hanya Engkaulah, ya TUHAN, yang membiarkan aku diam dengan aman." (Mazmur 4:9)

"In peace I will both lie down and sleep, for You, Lord, alone make me dwell in safety and confident trust."  

Dari beberapa kejadian ini, saya bisa melihat bahwa dalam situasi sulit Daud tetap bisa tidur dengan baik, dan itu bisa ia lakukan semata-mata karena iman yang bisa membuatnya begitu percaya kepada penyertaan dan perlindungan Tuhan.

Dalam kitab Yesaya...

(bersambung)

Add post to Blinklist Add post to Blogmarks Add post to del.icio.us Digg this! Add post to My Web 2.0 Add post to Newsvine Add post to Reddit Add post to Simpy Who's linking to this post?

Tidur (7) 16 Mar 6:00 AM (29 days ago)

 (sambungan)


Pada satu ketika Alkitab mencatat peristiwa Daud yang harus melarikan dari makar yang dilakukan anaknya sendiri, Absalom. Itu situasi yang pasti terasa menyakitkan sekaligus menakutkan. Masalah yang harus ia hadapi itu besar. Untuk menghindari hal buruk, Daud pun harus melarikan diri dari Yerusalem.

Kisah ini bisa dibaca dalam 2 Samuel 15. Begitulah keadaan Daud saat ia menulis Mazmur 3 yang menjadi ayat bacaan kita kali ini. Dalam Mazmur 3 kita bisa baca bahwa Daud saat itu bukan saja harus mengalami rasa perih di hati akibat perilaku anaknya sendiri, tapi ia juga dimusuhi banyak orang (ay 2), bahkan dianggap tidak mendapat pertolongan Tuhan (ay 3).

Tapi lihatlah. Dalam kondisi seperti itupun Daud ternyata tetap mengandalkan Tuhan. Dengan imannya ia memandang Tuhan sebagai perisainya (ay 4), dan akan menjawab seruannya (ay 5). Itulah yang membuat Daud bisa tetap tegar dalam situasinya yang jauh dari kondusif.

Dan perhatikan ayat setelahnya. Dalam keadaan genting seperti itu, justru kata-kata indah dari Daud pun hadir.
"Aku membaringkan diri, lalu tidur; aku bangun, sebab TUHAN menopang aku!" (Mazmur 3:6).

Ditengah tekanan sedemikian besar, Daud ternyata masih bisa tidur dengan tenang. Apa sebabnya? Apakah sebab banyaknya harta? statusnya sebagai raja? jumlah pengawal? Sama sekali tidak. Daud dengan jelas menyebutkan alasannya, yaitu: "sebab TUHAN menopang aku!".

(bersambung)

Add post to Blinklist Add post to Blogmarks Add post to del.icio.us Digg this! Add post to My Web 2.0 Add post to Newsvine Add post to Reddit Add post to Simpy Who's linking to this post?

Tidur (6) 15 Mar 6:00 AM (last month)

 (sambungan)


Ingatlah bahwa ucapan ini disampaikan bukan oleh orang yang sepanjang hidupnya nyaman tanpa masalah, tetapi sebaliknya justru oleh orang yang menghadapi tumpukan banyak masalah sepanjang hidupnya.

Berulang-ulang Daud menyerukan tentang kebaikan Tuhan. Sepanjang kitab Mazmur kita bisa menemukan ratusan ayat yang menunjukkan iman Daud yang percaya sepenuhnya kepada Tuhan meski ketika ia sedang menghadapi masalah atau bahaya.

Dalam kitab 2 Samuel pun kita bisa menemukan perkataan Daud yang tegas menunjukkan seperti apa kebaikan Tuhan itu menaungi hidupnya. "Allahku, gunung batuku, tempat aku berlindung, perisaiku, tanduk keselamatanku, kota bentengku, tempat pelarianku, juruselamatku; Engkau menyelamatkan aku dari kekerasan." (2 Samuel 22:3).

Benar, sebagai manusia biasa dia pun tentu pernah mengalami pergumulan-pergumulan dan rasa takut, tetapi ia tidak menyerah dalam perasaan seperti itu dan selalu berhasil untuk kembali mempercayakan hidup sepenuhnya ke dalam tangan Tuhan. Ia mengalahkan rasa takut atau kuatirnya dan menggantikannya dengan kepercayaan yang didukung oleh imannya.

Sama seperti Daud, dalam menghadapi situasi-situasi sulit atau berbagai bentuk pergumulan kita memerlukan iman, sebuah iman yang akan memerdekakan kita dari rasa takut, khawatir, cemas dan sebagainya, hal-hal yang bisa dengan mudah merebut sukacita dan kedamaian dari hidup kita dan membuat kita menjadi susah tidur.

(bersambung)

Add post to Blinklist Add post to Blogmarks Add post to del.icio.us Digg this! Add post to My Web 2.0 Add post to Newsvine Add post to Reddit Add post to Simpy Who's linking to this post?

Tidur (5) 14 Mar 6:00 AM (last month)

 (sambungan)


Meski begitu, kehidupan Daud bukan sepenuhnya tanpa masalah. Kita tahu ia begitu banyak mengalami masalah atau situasi sulit, dimana banyak di antaranya merupakan masalah hidup dan mati. Kalau setengahnya saja kita alami mungkin sudah bisa membuat kita mati ketakutan.

Menariknya, justru di saat-saat genting seperti itu Daud berulang kali menunjukkan penyerahan dirinya secara total dengan kepecayaan penuh kepada Tuhan.

Lihatlah salah satunya dalam Mazmur 34:1-22. Disana Daud menyatakan dengan jelas indahnya berada dalam perlindungan Tuhan. Lihat apa katanya:

"Orang yang tertindas ini berseru, dan TUHAN mendengar; Ia menyelamatkan dia dari segala kesesakannya." (Mazmur 34:7). Ayat ini kemudian disusul dengan "Malaikat TUHAN berkemah di sekeliling orang-orang yang takut akan Dia, lalu meluputkan mereka." (ay 8).

Ini baru satu contoh dari begitu banyak ungkapan tingginya tingkat kepercayaan Daud kepada Tuhan atas berbagai situasi sulit yang ia hadapi, dan semua itu tercatat jelas di dalam Alkitab. Itulah sebabnya Daud dengan penuh keyakinan berkata: "Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya TUHAN itu! Berbahagialah orang yang berlindung pada-Nya!" (ay 9).

(bersambung)

Add post to Blinklist Add post to Blogmarks Add post to del.icio.us Digg this! Add post to My Web 2.0 Add post to Newsvine Add post to Reddit Add post to Simpy Who's linking to this post?

Tidur (4) 13 Mar 6:00 AM (last month)

 (sambungan)


Semua mahluk hidup memerlukan tidur yang cukup agar tetap sehat. Disaat kita tidur, tubuh kita melakukan perbaikan terhadap berbagai kerusakan jaringan sel yang terjadi akibat berbagai aktivitas atau kegiatan kita sehari-hari, dan menjadi waktu dimana anggota tubuh kita pun mendapat waktu istirahatnya.

Ketika tubuh kita sedang sakit, kitapun membutuhkan waktu lebih banyak lagi agar tubuh punya cukup waktu untuk mengganti sel-sel yang rusak agar kita bisa kembali pulih.

Tahukah teman-teman bahwa kebutuhan tidur bukan saja berhubungan dengan kelelahan secara fisik? Sebuah penelitian mengatakan bahwa orang yang banyak mempergunakan otak/pikiran dalam bekerja memerlukan tidur yang justru lebih lama dibanding orang yang bekerja mempergunakan tenaga.

Secara umum para ahli kesehatan sepakat bahwa orang dewasa memerlukan sedikitnya sekitar enam sampai tujuh jam sehari untuk tidur kalau mau sehat. Kalau kurang, antibodi menurun, dan selain penyakit yang bisa muncul, tubuh kita akan terasa lemas, kita jadi sulit untuk konsentrasi, pada satu titik emosi menjadi labil, bahkan bisa membawa halusinasi apabila tubuh dibiarkan tidak tidur berhari-hari lamanya.

Bagi yang sering atau sedang mengalami sulit tidur karena faktor pikiran, ada baiknya kita belajar dari Daud. Daud adalah salah satu tokoh yang dikenal memiliki kedekatan yang sangat intim dengan Tuhan, dan kedekatannya itu sudah ia bangun semenjak masa kecilnya.

(bersambung)

Add post to Blinklist Add post to Blogmarks Add post to del.icio.us Digg this! Add post to My Web 2.0 Add post to Newsvine Add post to Reddit Add post to Simpy Who's linking to this post?

Tidur (3) 12 Mar 6:00 AM (last month)

 (sambungan)


Bahkan sekarang anak-anak kecil atau remaja pun sudah banyak yang mengalami hal ini. Di usia mudanya mereka sudah harus berkenalan dengan rasa was-was dan berbagai gangguan psikologis lainnya.

Bisa karena besok  akan ulangan, deg-degan karena besok dapat giliran maju ke depan kelas untuk mempresentasikan tugasnya, atau besok guru yang dianggap galak akan mengajar di kelas, semua itu bisa membuat anak-anak kehilangan rasa tentram dan tenang sejak usia dini.

Disamping itu, banyak pula anak yang terganggu secara psikologis akibat berada dalam keluarga broken home. Situasi rumah tangga yang tidak kondusif dengan orang tua yang gemar berkelahi di depan anak-anaknya, orang tua yang berpisah atau bertikai juga menjadikan mereka mulai merasakan sulit tidur karena perasaan yang tidak tenang.

Semakin dewasa, semakin banyak pula persoalan hidup, dan banyak orang semakin kehilangan ketentraman dalam hidupnya.

Ada banyak orang yang mengira bahwa uang atau harta merupakan solusi. Kalau banyak uang kan jadi nggak banyak masalah? Yang banyak masalah cuma orang susah saja. Dikira begitu, padahal itu sama sekali tidak benar.

Kasur-kasur mewah di iklan terlihat begitu empuk dan nyaman seperti menjamin siapapun yang tidur diatasnya bagai tidur di awan sambil tersenyum. Tapi pada kenyataannya tidaklah demikian. Nyatanya,  orang yang banyak uang pun punya kegelisahan mereka sendiri. Pemiliknya bisa gelisah takut dicuri, ditipu, atau hal lainnya yang akan menghilangkan uang mereka. Berarti kuncinya pun bukan disitu.

(bersambung)

Add post to Blinklist Add post to Blogmarks Add post to del.icio.us Digg this! Add post to My Web 2.0 Add post to Newsvine Add post to Reddit Add post to Simpy Who's linking to this post?

Tidur (2) 11 Mar 6:00 AM (last month)

 (sambungan)

"Papa nggak pernah terpikir sebelumnya bahwa bisa tidur itu ternyata berkat dari Tuhan.." katanya. Ia baru menyadari hal itu saat ia mengalami sulit tidur. He's right. Maka perkataannya menjadi catatan penting buat saya ingat.

Ada banyak hal yang bisa menyebabkan orang menjadi sulit tidur. Biasanya terlalu banyak beban pikiran bisa mengganggu sehingga jadi tidak bisa tidur. Ada yang butuh waktu sangat lama untuk bisa tidur, ada yang menderita insomnia, dan itu tentu beresiko bagi kesehatan.

Apa yang biasanya jadi penyebab adalah ketika permasalahan hidup hadir mengganggu pikiran. Tekanan hidup, tekanan kerja, kecemasan, gelisah, stres, ketakutan, kegelisahan akan sesuatu hal, atau bahkan kalau sudah terlalu lelah, semua itu bisa jadi penyebab orang menjadi sulit untuk memejamkan mata dan tidur dengan tenang.

Sementara ada teman saya yang suka mengalami anxiety attack di tengah tidur. Ia harus minum obat sebelum tidur supaya hal itu tidak terjadi.

Padahal hidup yang sehat mengharuskan kita punya cukup waktu untuk istirahat. Istirahat atau tidur itu harus cukup kualitasnya. Dan ada banyak penyakit yang bisa muncul dari kurang tidur atau kurang istirahat. Tekanan darah bisa naik, asam lambung bisa meningkat sehingga menimbulkan penyakit maag dan lain sebagainya.

(bersambung)

Add post to Blinklist Add post to Blogmarks Add post to del.icio.us Digg this! Add post to My Web 2.0 Add post to Newsvine Add post to Reddit Add post to Simpy Who's linking to this post?

Tidur (1) 10 Mar 6:00 AM (last month)

Ayat bacaan: Mazmur 4:9
==================
"Dengan tenteram aku mau membaringkan diri, lalu segera tidur, sebab hanya Engkaulah, ya TUHAN, yang membiarkan aku diam dengan aman."


Tidur. Semua orang butuh tidur, secara teori minimal 6 jam sehari supaya tetap sehat. Kalau kebanyakan tidur kita bisa jadi terasa malas, kalau kurang tidur bisa uring-uringan, sulit konsentrasi dan mungkin saja kalau terus-terusan bisa mengundang macam-macam penyakit, seperti tekanan darah meninggi misalnya.

Nah, sehubungan dengan tidur, saya punya satu pertanyaan sederhana: apakah anda termasuk orang yang sering bersyukur saat anda bisa tidur dengan nyenyak, baik dan cukup? Puji Tuhan jika ya, karena banyak yang lupa bahwa bisa tidur nyenyak itu sebenarnya merupakan sesuatu yang sangat patut disyukuri.

Baru saja ayah saya sempat mengalami susah tidur hingga beberapa minggu. Awalnya ia demam dan pegal-pegal, saat demamnya tak kunjung pergi, ia mulai mengalami stres pada pikiran. Maklum, di usia lebih dari 80 tahun dan biasanya aktif, ia tiba-tiba tidak kuat melakukan apa-apa. Dan di usia seperti itu beban pikiran karena takut sakitnya serius membuatnya jadi susah tidur. Padahal ia termasuk orang yang biasanya sangat mudah tidur meski mungkin sedang banyak pikiran.

Pada saya ia mengaku bahwa ia takut dan merasa sendirian, sehingga ia jadi susah tidur. Ia butuh teman ngobrol, setidaknya ada yang menemani disaat ia sedang dalam keadaan stres seperti itu. Saya mencoba beberapa kali menemaninya ngobrol via video maupun audio call, tapi kurang efektif karena ia butuh ada orang yang berada di dekatnya secara fisik. Sayangnya saya tinggal beda kota dan jauh pula.

Akhirnya ia pun menginap dirumah adiknya. Disana ia bisa ngobrol bersama seisi rumah, mereka have fun misalnya nonton sampai karaoke-an, dan ia kembali bisa tidur nyenyak. Begitu bisa tidur, tubuhnya pulih. Ia jadi sepenuhnya sembuh dan kembali beraktivitas normal.

(bersambung)

Add post to Blinklist Add post to Blogmarks Add post to del.icio.us Digg this! Add post to My Web 2.0 Add post to Newsvine Add post to Reddit Add post to Simpy Who's linking to this post?

The Good Samaritan (14) 9 Mar 6:00 AM (last month)

 (sambungan)

Kalau begitu, apakah kita sudah mencerminkan pribadiNya yang murah hati dan penuh kasih dalam kehidupan sehari-hari? Maukah kita mengorbankan waktu, tenaga, perhatian dan materi untuk datang kepada sesama kita memberi pertolongan tanpa memandang latar belakang ras, suku, agama, golongan atau kepentingan politis lainnya?
Siapkah kita menunjukkan kemurahan hati lewat tindakan nyata yang berasal dari kasih karunia Allah, merupakan cerminan Allah, dan berasal dari kasih?

Hendaknya apa yang kita pelajari dari orang Samaria yang murah hati bisa membuka cakrawala pemahaman kita tentang luasnya daya jangkau kemurahan hati yang harus dimiliki oleh orang percaya.

Masih sangat banyak orang yang dikuasai kebencian, dendam, buruk sangka dan tertutup hatinya untuk mengetahui seluas apa sebenarnya kasih menurut hati Tuhan dimana murah hati menjadi salah satu produk yang bisa secara nyata menyentuh sesama.

Anda sudah menolong tapi bukannya dihargai dan berterimakasih tapi malah menjadikannya masalah untuk melukai anda? Biarlah. Manusia bisa melakukan itu, tapi Tuhan akan sangat menghargai perbuatan anda. Always show real love, real compassion and real generousity based on God's heart we know from the Bible. If the Samaritan did that, we should too.

Generousity is a Practical Expression of Love - Pastor Gary Inrig

Add post to Blinklist Add post to Blogmarks Add post to del.icio.us Digg this! Add post to My Web 2.0 Add post to Newsvine Add post to Reddit Add post to Simpy Who's linking to this post?

The Good Samaritan (13) 8 Mar 5:00 AM (last month)

 (sambungan)

6. Kemurahan hati itu digerakkan oleh kasih

Yesus mengajarkan: "Dan perintah ini kita terima dari Dia: Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya." (1 yoh 4:21)

Yesus juga berkata: "Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi." (Yohanes 13:34).

Sesungguhnya kemurahan hati yang digerakkan oleh kasih memiliki posisi yang sangat tinggi dalam kekristenan. Sudahkah kita memilikinya, dan sudahkah kita mewujudkannya lewat perbuatan-perbuatan nyata kita? Sudahkah kita peka terhadap kesulitan orang di sekeliling kita dan bergerak untuk memberikan bantuan nyata? Atau kita masih berhenti pada ucapan prihatin tanpa perbuatan, masih berhitung untung rugi, memikirkan manfaat apa yang bisa kita peroleh dibaliknya, atau malah tidak peduli sama sekali?

Simpati atau iba itu baik, tapi tidak akan ada hasilnya jika tidak diikuti dengan perbuatan nyata. Dan itu haruslah berasal dari hati yang mengasihi. Itulah sebuah kemurahan hati yang selayaknya dimiliki oleh kita.

Paulus sudah mengingatkan kita akan hal ini: "Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup." (1 Yohanes 2:6).

Kalau begitu, apakah...

(bersambung)

Add post to Blinklist Add post to Blogmarks Add post to del.icio.us Digg this! Add post to My Web 2.0 Add post to Newsvine Add post to Reddit Add post to Simpy Who's linking to this post?

The Good Samaritan (12) 7 Mar 5:00 AM (last month)

 (sambungan)

Kemurahan hati seperti halnya iman haruslah diikuti dengan sebuah perbuatan nyata. Contoh orang Samaria yang murah hati sangat baik untuk dijadikan  pelajaran yang baik mengenai bagaimana sejatinya murah hati itu kita terapkan dalam bentuk-bentuk nyata, bukan sebatas omongan atau retorika.

5. Murah Hati tidak mengharapkan imbalan

Penerapan kemurahan hati yang berdasarkan sebab akibat dan untung rugi tidak akan pernah mendapat pembenaran dari Tuhan. Memberi hanya karena membalas pemberian orang, atau berharap diberi kembali, berbuat baik karena orang baik kepada kita, mengasihi orang karena mereka mengasihi kita, itu semua masih terlalu dangkal.

Yesus mengatakan "Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allahpun berbuat demikian?" (Matius 5:46-47).

Benar. Dan ini sangatlah mudah kita mengerti kalau melihat apa yang terjadi saat ini. Alangkah menyedihkan kalau kita yang mengaku umatNya malah ikut berperilaku seperti itu.

Jika demikian, yang dituntut dari kita adalah seperti ini: "Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna." (ay 48).

Seperti halnya Bapa di surga mengasihi semua orang dengan sempurna, seperti itu pula kita dituntut untuk berlaku. Membantu, memberi tanpa pamrih, tergerak dan terpanggil untuk melakukan sesuatu secara nyata bukan karena mengharap imbalan atau memiliki tujuan tersembunyi di belakangnya, tapi murni karena belas kasihan, sebuah kemurahan hati yang didasari kasih. Bukan sembarang kasih, tetapi seperti kasih Allah yang tinggal diam di dalam diri kita.

(bersambung)

Add post to Blinklist Add post to Blogmarks Add post to del.icio.us Digg this! Add post to My Web 2.0 Add post to Newsvine Add post to Reddit Add post to Simpy Who's linking to this post?

The Good Samaritan (11) 6 Mar 5:00 AM (last month)

 (sambungan)

Ini adalah sebuah pertanyaan yang sangat mendasar. Bagaimana mungkin kita mengaku memiliki kasih Allah, mengaku sebagai anak Allah, tetapi kita tidak melakukan apa-apa secara nyata dan hanya bilang kasihan saja?

Maka apa yang harus kita lakukan pun hadir dalam ayat berikutnya. "Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran." (ay 18).

Bukan hanya dengan perkataan, bukan sebatas di bibir atau lidah saja, tetapi haruslah lewat perbuatan-perbuatan yang dilakukan/diaplikasikan secara nyata dan berakar dalam kebenaran.

Yakobus juga menyinggung perihal kemurahan hati yang diikuti dengan perbuatan nyata ini. Mari kita lihat apa yang ia utarakan. Ia berkata "Jika seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari, dan seorang dari antara kamu berkata: "Selamat jalan, kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang!", tetapi ia tidak memberikan kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya itu?" (Yakobus 2:15-16).

Bukankah banyak diantara kita yang masih tanpa sadar melakukan ini? Ketika orang butuh bantuan, kita mungkin menunjukkan rasa prihatin, bahkan mungkin mengeluarkan kata-kata nasihat yang panjang, menguliahi atau mengkotbahi mereka, tetapi kita tidak melakukan apapun secara nyata untuk meringankan beban mereka. Yakobus mengingatkan bahwa semua itu tidaklah berguna. Itu sama saja dengan iman yang hanya kita katakan, kita hanya mengakui kita memiliki iman, tapi kita tidak menyertainya dengan perbuatan. Dan iman seperti ini dikatakan pada hakekatnya adalah mati. (ay 17).

(bersambung)

Add post to Blinklist Add post to Blogmarks Add post to del.icio.us Digg this! Add post to My Web 2.0 Add post to Newsvine Add post to Reddit Add post to Simpy Who's linking to this post?

The Good Samaritan (10) 5 Mar 5:00 AM (last month)

 (sambungan)

Firman Tuhan pun sudah berkata bahwa "Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa, namun selalu berkekurangan." (Amsal 11:24) dan "Siapa memberi kepada orang miskin tak akan berkekurangan, tetapi orang yang menutup matanya akan sangat dikutuki." (28:27). Firman Tuhan sudah mengatakan bahwa kerelaan memberi, membagikan sebagian dari apa yang ada pada kita untuk saudara-saudara kita yang tengah kesusahan tidak akan pernah membuat kita berkekurangan.

Ini sejalan dengan bagian dari kotbah Yesus di atas bukit : "Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan." (Matius 5:7).

4. Murah Hati harus ditunjukkan lewat perbuatan nyata.

Cukupkah murah hati itu diwakili oleh sebuah perasaan kasihan, ungkapan simpati yang hanya berhenti hingga kata-kata yang keluar dari mulut saja tapi tidak disertai perbuatan nyata? Kita tahu jawabannya adalah tidak, tapi banyak dari kita yang berhenti sebatas itu saja karena malas atau takut repot dan rugi.

Firman Tuhan berkata: "Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya?" (1 Yohanes 3:17).

(bersambung)

Add post to Blinklist Add post to Blogmarks Add post to del.icio.us Digg this! Add post to My Web 2.0 Add post to Newsvine Add post to Reddit Add post to Simpy Who's linking to this post?

The Good Samaritan (9) 4 Mar 5:00 AM (last month)

 (sambungan)

Sebuah sikap murah hati dikatakan Firman Tuhan mendatangkan banyak kebaikan kepada diri sendiri, bukan hanya kepada orang-orang yang kita bantu saja. Sebaliknya orang yang tega melihat kesusahan orang lain dan menutup pintu hatinya rapat-rapat, itu tidaklah mendatangkan manfaat tapi malah merugikan bahkan menyiksa diri sendiri.

Bukankah hati yang dipenuhi kebencian, sikap apatis, tidak punya empati dan simpati tidak akan pernah membuat kita bahagia? Bukankah sikap-sikap negatif pada hati yang berlawanan dengan murah hati merupakan kontradiksi dari kasih? Kalau sudah begitu bagaimana kita mau merasakan damai sejahtera?

Hidup yang tidak merasakan kedamaian dan sukacita akan sangat berat dijalani. Itu akan sangat menyiksa kita. Bangun pagi sudah merasa pahit di hati, sudah merasakan kebencian dan kemudian menyebar kebencian dalam kehidupan yang dijalani. Bayangkan betapa menderitanya hidup seperti itu.

Orang baru bisa murah hati kalau hatinya dipenuhi kasih. Orang yang hatinya seperti itu akan sangat bahagia kalau bisa membantu orang lain. Semakin banyak yang dibantu, semakin bahagia pula hatinya. Itu berarti kita berbuat baik pada diri kita sendiri. Tapi yang hatinya berisi hal-hal berlawanan dengan kasih sama saja dengan menyiksa badannya sendiri, baik saat masih di dunia maupun nanti pada masa kekekalan. Siksaan yang kekal nanti akan jauh lebih mengerikan dibanding sekarang. Karena itu Firman dalam Amsal 11:17 di atas sangat penting untuk kita ingat.

(bersambung)

Add post to Blinklist Add post to Blogmarks Add post to del.icio.us Digg this! Add post to My Web 2.0 Add post to Newsvine Add post to Reddit Add post to Simpy Who's linking to this post?

The Good Samaritan (8) 3 Mar 5:00 AM (last month)

 (sambungan)

Tapi bagaimana jika orang yang hendak kita tolong bukannya berterimakasih tapi malah merugikan kita? Itu pun masih kerap terjadi hari ini. Sudah menikmati kebaikan tapi malah menyakiti orang yang sudah memberikannya. Bukannya berterimakasih tapi malah merugikan orang yang sudah berbaik hati. Bagaimana mungkin ada orang yang seperti itu? Entahlah. Tapi kenyataannya ada saja orang berhati seperti itu yang masih hidup di dunia ini.

Bahkan bukan cuma dalam hubungan horizontal antar manusia, kita pun kerap melakukan hal yang sama dalam hubungan vertikal dengan Tuhan. Sudah kita nikmati berkat dan kasihNya, kita masih tega menyakiti Tuhan lewat perbuatan-perbuatan kita yang buruk. Tapi hati Bapa terus setia mengasihi. Dia bahkan menganugerahkan AnakNya sendiri untuk menebus orang-orang berdosa yang butuh pertolongan termasuk kita.

Pertama, murah hati menurut kekristenan jelas punya daya jangkau sangat luas yang menembus sekat-sekat dan batas perbedaan. Kedua, murah hati menurut kekristenan tidak pernah tergantung dari latar belakang penerimanya atau reaksi apa yang akan kita dapat dari mereka melainkan tergantung dari seperti apa kondisi hati kita, apakah dipenuhi kasih karena adanya Roh Allah berdiam disana atau tidak. Jadi bukan karena orang, tapi karena Tuhan. Seperti itulah murah hati seharusnya menurut kekristenan.

3. Murah Hati bukan saja mendatangkan kebaikan bagi sesama tapi juga pada diri sendiri

Kalau kita mundur ke belakang, dalam Amsal disebutkan "Orang yang murah hati berbuat baik kepada diri sendiri, tetapi orang yang kejam menyiksa badannya sendiri." (Amsal 11:17).

(bersambung)

Add post to Blinklist Add post to Blogmarks Add post to del.icio.us Digg this! Add post to My Web 2.0 Add post to Newsvine Add post to Reddit Add post to Simpy Who's linking to this post?

The Good Samaritan (7) 2 Mar 5:00 AM (last month)

 (sambungan)

Dari kisah orang Samaria ini kita bisa belajar beberapa hal mengenai murah hati.

1. Orang yang murah hati tidak akan berdiam diri saat ada orang yang ditimpa kesusahan dan membutuhkan bantuan

Saat kedua petinggi rohani memilih untuk tidak melakukan apa-apa dengan alasan tertentu, orang Samaria yang murah hati melakukan sesuatu tanpa memandang sekat apapun.

Kalau melihat jejak permusuhan antara Samaria dan Yahudi, bukankah seharusnya orang Samaria ini tertawa puas melihat ada orang Yahudi yang sekarat disana?  Ia bisa saja menambahkan satu dua penderitaan lagi terhadap korban yang sudah tidak berdaya.

Tertawa di atas penderitaan orang lain, tidak kunjung puas menyiksa, itu dilakukan oleh banyak orang yang hatinya dipenuhi kebencian sampai hari ini. Yesus mengajarkan bahwa orang yang memiliki kemurahan hati tidak akan berdiam diri melihat ada yang tengah menderita dan butuh bantuan, apapun alasannya. Kapanpun, dimanapun, untuk siapapun, kalau kita melihat ada yang butuh bantuan kita tidak boleh berdiam diri. Itulah kemurahan hati poin pertama.

2. Orang yang murah hati membantu tanpa memandang latar belakang yang ditolong

Orang Samaria menunjukkan kemurahan hati karena ia bergerak menolong orang Yahudi ini tanpa memandang latar belakangnya. Inilah bentuk sebuah kemurahan hati yang seharusnya ada pada kita, yang tidak terhenti hanya karena adanya perbedaan-perbedaan seperti suku, ras, agama, golongan dan lain-lain.

(bersambung)

Add post to Blinklist Add post to Blogmarks Add post to del.icio.us Digg this! Add post to My Web 2.0 Add post to Newsvine Add post to Reddit Add post to Simpy Who's linking to this post?

The Good Samaritan (6) 1 Mar 5:00 AM (last month)

 (sambungan)

Rincinya, orang Samaria ini:

1. Memiliki belas kasihan dalam hatinya
2. Belas kasihan itu menggerakkannya untuk memberi pertolongan
3. Ia melakukan P3K pada korban sekarat yang tidak ia kenal dan notabene merupakan orang dari suku yang bermusuhan
4. Ia meninggalkan kenyamanan naik keledai dan berjalan menuntun keledai yang diatasnya ada orang sekarat
5. Ia menunda kegiatannya atau perjalanannya untuk menolong korban
6. Ia menginap satu malam agar bisa melakukan perawatan lebih lanjut
7. Ia memberi sejumlah uang pada pemilik penginapan agar merawat korban sampai sembuh
8. Ia berjanji akan kembali menjenguk korban untuk memastikan apakah korban sudah dirawat baik dan akan kembali pulih

Perhatikan betapa jauh perbedaan antara orang Samaria dengan kedua bapak petinggi rohani sebelumnya. Orang Samaria ini bergegas menolong orang Yahudi, meskipun dengan resiko ia akan dibenci oleh orang yang ditolongnya. Ia tidak peduli, karena kemurahan hati adalah sesuatu yang murni dari hati dan bukan berdasarkan hitungan untung rugi.

Apakah ia sedang santai sehingga punya banyak waktu untuk menolong? Kalau melihat dari kedatangannya mengendarai keledai, saya pikir ia sedang menempuh perjalanan jauh makanya memilih untuk naik keledai ketimbang jalan kaki. Ia mungkin sudah lelah, ia pun mungkin buru-buru. Dia tentu punya agendanya sendiri yang harus ia korbankan saat memutuskan untuk melakukan sesuatu dengan digerakkan oleh rasa belas kasihan.

Apapun resikonya, berapapun yang harus ia korbankan, ia tidak peduli. Hatinya tergerak oleh belas kasihan, dan ia menolong tanpa pandang bulu. Tanpa memandang apa agamanya, apa sukunya, siapa orang itu, yang ia tahu adalah, orang itu butuh pertolongan, ia ada disana dan bisa melakukan sesuatu. He did that right away. Tidaklah salah kalau ia disebut sebagai orang Samaria yang murah hati.

Dari kisah orang Samaria ini kita bisa belajar beberapa hal mengenai murah hati.

(bersambung)

Add post to Blinklist Add post to Blogmarks Add post to del.icio.us Digg this! Add post to My Web 2.0 Add post to Newsvine Add post to Reddit Add post to Simpy Who's linking to this post?

The Good Samaritan (5) 28 Feb 5:00 AM (last month)

 
(sambungan)

Mari kembali kepada perumpamaan dari Yesus. Apa yang dilakukan oleh orang Samaria yang baik hati? Yesus berkata seperti ini.

" Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya.Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya: Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali."(ay 34-35).

Ia segera memberi Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K), memberi desinfektan pada luka-luka sebelum melakukan langkah selanjutnya, yaitu menaikkan orang itu ke atas keledainya untuk dibawa ke tempat penginapan.

Perhatikan, orang Samaria ini tidak mengenal siapa yang ia tolong. Hari saat itu mungkin panas terik. Tapi ia rela turun dari keledainya dan menuntun keledai dengan orang yang tengah sekarat di atasnya menuju tempat dimana ia bisa melakukan perawatan lebih banyak lagi.

Bukankah sangat memalukan saat dua petinggi rohani yang mengaku bagian dari umat pilihan Tuhan hanya berdiam diri saat melihat warganya sendiri tengah menderita, sekarat di tengah panas terik siang hari? Sebaliknya orang Samaria memiliki sikap murah hati.

(bersambung)

Add post to Blinklist Add post to Blogmarks Add post to del.icio.us Digg this! Add post to My Web 2.0 Add post to Newsvine Add post to Reddit Add post to Simpy Who's linking to this post?

The Good Samaritan (4) 27 Feb 5:00 AM (last month)

 (sambungan)

Kemudian lewatlah orang Samaria. "Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. (ay 33).

Dari awal ayat ini kita bisa langsung melihat adanya perbedaan. Tidak seperti bapak imam/pendeta atau bapak Lewi/pengerja, orang Samaria langsung merasakan belas kasihan dalam hatinya dan itu menggerakkannya untuk melakukan sesuatu.

Siapa orang Samaria? Mengapa Yesus mengambil contoh orang yang berbelas kasihan ini dalam rupa orang Samaria?

Dalam Yohanes 4:9 kita melihat Yohanes menambahkan catatan kecil dalam kisah perempuan Samaria sebagai berikut: "(Sebab orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria.)".

Sedikit catatan tambahan: orang Samaria tercatat memiliki sejarah peseteruan atau permusuhan yang tajam dan panjang dengan Yahudi.

Orang Samaria menyembah ilah-ilah lain sehingga dianggap sesat oleh orang Yahudi. Selain beda kepercayaan, mereka juga dibenci karena dianggap tidak berdarah murni karena merupakan hasil percampuran antara orang Yahudi dan non Yahudi.

Mari kembali kepada perumpamaan dari Yesus. Apa yang dilakukan oleh orang Samaria yang baik hati?

(bersambung)

Add post to Blinklist Add post to Blogmarks Add post to del.icio.us Digg this! Add post to My Web 2.0 Add post to Newsvine Add post to Reddit Add post to Simpy Who's linking to this post?

The Good Samaritan (3) 26 Feb 5:00 AM (last month)

 (sambungan)

Kenapa imam itu tidak menolong? Mungkin sang imam takut tersangkut masalah. Mungkin dia sedang buru-buru takut telat kotbah lalu tidak dipanggil lagi oleh gereja yang bersangkutan. Atau mungkin juga ia merasa itu bukan tugasnya tapi urusan dokter atau pihak berwajib. Atau ia sedang buru-buru hendak pulang karena merasa lelah sehabis melayani.

Ada banyak alasan lain yang mungkin ada di benak sang imam sehingga ia melewati saja tanpa melakukan apa-apa terhadap orang yang sedang tertimpa musibah ini. Alasan persisnya hanya dia yang tahu. Yang jelas ia tidak melakukan apa-apa dan meneruskan perjalanannya.

Selanjutnya ada orang Lewi lewat disana. "Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu; ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan." (ay 32).

Bukannya menolong, orang Lewi ini malah menjauh ke seberang dan buru-buru berlalu seperti bapak imam tadi.

Siapakah orang Lewi? Kenapa Yesus menyebutkan orang Lewi sebagai contohnya?

Jika kita melihat kitab Perjanjian Lama, kita akan mendapati bahwa orang Lewi berbicara tentang pelayan-pelayan dan hamba Tuhan. Dalam proyeksi ke jaman sekarang, orang Lewi berbicara tentang orang-orang Kristen yang melayani. Tapi sama seperti sang imam, ia pun hanya melewati saja tanpa berbuat apa-apa.

Kenapa? Mungkin dia terburu-buru karena takut terlambat pelayanan. Mungkin dia takut ditegur oleh gembalanya. Mungkin dia tidak mau ribet berurusan dengan pihak berwajib, sedang lapar berat habis melayani, mau buru-buru pulang dan melanjutkan tidur yang tertunda atau alasan-alasan lainnya.

Yang jelas, seperti halnya bapak imam, bapak Lewi ini pun melewati orang sebangsanya yang tengah sekarat tanpa melakukan apa-apa.

(bersambung)

Add post to Blinklist Add post to Blogmarks Add post to del.icio.us Digg this! Add post to My Web 2.0 Add post to Newsvine Add post to Reddit Add post to Simpy Who's linking to this post?

The Good Samaritan (2) 25 Feb 5:00 AM (last month)

 (sambungan)

Perihal luas jangkauan murah hati menurut prinsip Kerajaan Surga disampaikan oleh Yesus langsung ketika menanggapi pertanyaan yang sama dari seorang ahli Taurat seperti yang dicatat dalam Injil Lukas pasal 10.

Ahli Taurat itu bertanya: "Dan siapakah sesamaku manusia?" (ay 29).

Untuk menjawab hal ini, agar lebih mudah dicerna, Yesus pun memberikan sebuah perumpamaan yang tentunya tidak lagi asing bagi kita, yaitu perumpamaan tentang orang Samaria yang murah hati, yang juga menjadi judul dari perikop Lukas 10:25-37.

Yesus membuka perumpamaannya seperti ini. "Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi yang juga memukulnya dan yang sesudah itu pergi meninggalkannya setengah mati." (Lukas 10:30).

Dalam keadaan sekarat, orang itu ditinggalkan begitu saja di tengah jalan, sementara harta bendanya dirampas oleh perampok-perampok itu.

Kemudian ada dua orang yang melintas di tempat kejadian. "Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan." (ay 31).

Ada seorang imam lewat disana. Kalau anda yang tengah sekarat, tentu anda merasa lega karena seorang imam seharusnya menjadi perpanjangan tangan Tuhan di dunia, jadi tentulah ia akan menolong. Sayangnya saat melihat orang yang sedang sekarat, imam ini malah bergegas melewati saja tanpa memberi pertolongan. Kenapa bisa begitu?

(bersambung)

Add post to Blinklist Add post to Blogmarks Add post to del.icio.us Digg this! Add post to My Web 2.0 Add post to Newsvine Add post to Reddit Add post to Simpy Who's linking to this post?

The Good Samaritan (1) 24 Feb 5:00 AM (last month)

 Ayat bacaan: Lukas 10:33
===================
"Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan."


Dalam renungan sebelumnya kita sudah belajar banyak tentang sebuah sikap hati yang wajib dimiliki oleh orang percaya sebagai cerminan dari sikap hati Bapa sendiri, yaitu murah hati.

Kita harus memiliki sikap murah hati terhadap sesama seperti halnya Bapa yang murah hati (Lukas 6:36), dan murah hati juga merupakan produk dari kasih. Kalau kita punya kasih, seharusnya murah hati menjadi sesuatu yang lumrah dan alamiah dari hidup kita.

Murah hati terhadap sesama. Sebuah pertanyaan muncul. Siapa yang dimaksud dengan sesama itu? Kata sama bisa mengacu kepada satu golongan satu level, setingkat, sekelas. Kalau begitu, seluas apa cakupannya, kepada siapa kita harus bermurah hati?

Ini merupakan pertanyaan penting karena pada kenyataannya di luar sana banyak orang yang membatasi perbuatan baiknya hanya pada kelompoknya sendiri. Adalah salah jika memberkati orang yang berbeda dengan mereka, salah bila mengucapkan ucapan salam sejahtera kepada yang tidak sejalan dengan mereka, salah pula kalau menolong.

Benar, aplikasinya tetap mengacu pada kata sesama, hanya saja cakupannya sangat segmented atau terbatas. Bagi orang percaya, sejauh mana luas dan lebar daya jangkau yang harus kita rentangkan dalam mengaplikasikan murah hati menurut prinsip kekristenan? Siapa saja yang harus kita jangkau, seluas apa kata sesama itu menurut Firman Tuhan?

(bersambung)

Add post to Blinklist Add post to Blogmarks Add post to del.icio.us Digg this! Add post to My Web 2.0 Add post to Newsvine Add post to Reddit Add post to Simpy Who's linking to this post?

Kasih Itu Murah Hati (7) 23 Feb 5:00 AM (last month)

 (sambungan)

Suatu kali saya pernah membaca sebuah tulisan menarik mengenai murah hati. Si penulis mengatakan, alangkah menyedihkan saat melihat orang tidak memiliki sikap murah hati dalam hidupnya tapi terus mengharapkan bahkan menuntut Tuhan untuk bermurah hati kepada mereka.

How can we expect God to be generous with us but we have not been showing generousity towards others?

Si penulis mengatakan, itu sama saja seperti mencoba mencuri dan memeras Tuhan. Kita mungkin tahu bahwa itu sama sekali tidak pantas, tapi tanpa sadar banyak dari kita yang terjatuh dalam hal ini.

Adalah sangat penting bagi kita untuk memeriksa apakah kemurahan hati sudah diproduksi dari dalam hati kita. Jika belum, periksalah segera dimana letak masalahnya. Manusia yang dalam hidupnya punya Roh Allah seharusnya menghasilkan buah-buah yang sama dengan apa yang keluar dari hati Allah.

Kemurahan hati merupakan produk dari hati yang dipenuhi kasih, yang seharusnya mengalir secara natural atau alami dari kehidupan orang benar. Kemurahan hati tidak pernah tergantung dari berapa banyak yang kita punya, atau apakah kita sudah memenuhi semua kebutuhan kita atau tidak.

Kemurahan hati tidak tergantung dari kondisi dan situasi. Kemurahan hati adalah sebuah kasih karunia, cerminan hati Allah dan produk dari kasih yang akan menjadi bagian alami dari hidup kita kalau kita benar-benar menghidupi kebenaran. Ada banyak orang yang saat ini tengah mengalami kesesakan, siapkah kita untuk bermurah hati pada mereka?

"A christian who withdraws into himself, hiding all that the Lord has given him, is not a Christian. I would ask the people present to be generous with their given talents for the good of others, the church and our world." - Pope Francis



Add post to Blinklist Add post to Blogmarks Add post to del.icio.us Digg this! Add post to My Web 2.0 Add post to Newsvine Add post to Reddit Add post to Simpy Who's linking to this post?